Industri semen saat ini semakin vital karena sudah menjadi kebutuhan pokok, khususnya dalam pembangunan infrastruktur dan properti. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan hunian maupun infrastruktur, kebutuhan semen pun terus meningkat.
Namun industri semen harus mampu menjawab dua isu penting ke depan, yaitu keberlanjutan dan isu lingkungan. Selain itu, Industri semen juga harus mampu bersaing di pasar global agar tidak terjadi kelebihan pasokan di dalam negeri.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak saat menyampaikan sosialisasi BUMN Sektor Konstruksi bertemakan “Membangun Indonesia Berkelanjutan yang Aman dan Ramah Lingkungan” di Jember, Jawa Timur, Jumat (24/3).
Sejumlah isu yang harus mampu dijawab oleh industri semen antara lain adalah jejak emisi yang dihasilkan dari proses produksi semen. Baik emisi dari penggunaan bahan bakar saat pengolahan maupun emisi debu yang terbuang ke udara.
Selain itu Industri semen juga dituntut untuk mampu mengelola lahan tambang dimana mereka mengambil bahan baku semen, terutama dari sisi ekologis seperti keberlanjutan air tanah di kawasan tambang maupun penghijauan kembali lahan bekas tambang.
Amin mengapresiasi sejumlah inovasi dan teknologi yang dikembangkan PT Semen Indonesia (SIG) yang dulu bernama Semen Gresik dalam menjawab isu keberlanjutan dan lingkungan. SIG berinovasi memproduksi semen ramah lingkungan rendah jejak emisi guna mendukung target mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
Wakil rakyat dari Dapil Jatim IV itu meminta SIG terus berinovasi menjawab tantangan ke depan yang semakin kompleks. Berbagai inisiatif yang dilakukan SIG, antara lain penggunaan energi baru terbarukan (EBT) seperti panel surya dan energi biomassa dari limbah industri kayu dan perkebunan.
Amin meminta SIG meningkatkan dan memperluas sejumlah inisiatif keberlanjutan seperti pengurangan konsumsi air tanah, pengelolaan limbah dan sampah untuk diubah menjadi energi alternatif, dan pengurangan emisi konvensional dan CO2. SIG juga harus memperluas program konservasi sumber daya alam dengan melibatkan masyarakat sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Program-program semacam itu, bukan hanya bisa menjawab isu lingkungan dan keberlanjutan, namun juga menjadi syarat penting agar Semen Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa, Amerika, dan China,” kata Amin.
Lebih lanjut Amin mengatakan, pasar ekspor menjadi penting mengingat penyerapan semen di dalam negeri baru 50% dari total kapasitas produksi terpasang. Saat ini total produksi nasional mencapai 120 juta ton per tahun, sedangkan konsumsi semen dalam negeri baru mencapai 60 juta ton per tahun. Dari total 120 juta ton tersebut, tahun 2022 lalu Semen Indonesia memproduksi 56,2 juta ton atau hamper separuhnya.
Khusus untuk daerah Jember dan sekitarnya, Amin menyoroti munculnya produk semen milik asing merk ‘Singa Merah’. Produsen semen Singa Merah sangat massif memasarkan produknya ke masyarakat. Dan masyarakat banyak yang beralih mengkonsumsi Singa Merah karena harganya relatif lebih murah.
“Ini menjadi tantangan bagi industri semen nasional ditengah kelebihan pasokan semen hingga 100% dari serapan pasar domestik saat ini.
Semen Indonesia juga merupakan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk industri semen. SIG adalah holding company yang memayungi enam anak usaha produsen semen yaitu, Semen Padang, Semen Gresik, Semen Tonasa, Solusi Bangun Indonesia, Semen Baturaja dan Thang Long Cement Company di Vietnam.
Pembangunan infrastruktur, tak hanya soal konstruksi. Namun bagaimana sebuah konstruksi dapat bertahan dan bernilai tinggi dalam jangka Panjang. Selain itu, produk semen harus bersifat ramah lingkungan untuk mengurangi dampak pemanasan global.
Karena itu, Amin pun mengapresiasi sejumlah inovasi produk ramah lingkungan yang dihasilkan PT SIG. Diantaranya produk beton yang ramah lingkungan seperti ThruCrete (beton berpori), LocooCrete (beton rendah emisi karbon), dan DekoCrete (beton dekoratif) dengan menggunakan semen ramah lingkungan pada revitalisasi trotoar dan area perkerasan lainnya.
SIG juga memiliki produk semen curah non-OPC (ordinary Portland cement) dan semen Hidraulis yang ramah lingkungan karena rendah emisi karbon.
“Saya berharap BUMN Semen mampu terus memproduksi produk berkualitas tinggi agar konstruksi dan properti yang dibangun negara dan rakyat bertahan lama atau awet. Ini bagian dari upaya penghematan nasional”, pungkas Amin, *