Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Bacaan Injil Yohanes 10: 1-10, mengisahkan tentang “Gembala yang Baik”.
Kita ketahui bahwa Yesus Kristus sendiri adalah seorang gembala yang baik, yang dapat menuntun, membimbing, mengarahkan dan membawa domba-domba-Nya pada jalan yang baik dan benar. Yesus tidak menginginkan domba-domba-Nya tersesat, dan Dia ingin domba-domba itu keluar dan masuk melalui pintu yang telah disediakan oleh-Nya.
Apakah yang dimaksud dengan gembala yang baik itu? Dalam bacaan tersebut dikatakan bahwa gembala yang baik adalah Dia yang menjaga sekaligus membukakan pintu bagi domba-domba-Nya. Dan, setelah domba-domba itu keluar, gembala yang baik itu berjalan di depan domba-Nya dan domba-domba-Nya mengikuti Dia.
Gembala yang baik adalah yang dapat memberi contoh dan teladan untuk menuntun, membimbing, mengarahkan dan membawa domba-domba-Nya pada jalan yang baik dan benar, dengan suasana yang menyenangkan dan merindukan menuju ke padang rumput yang hijau. Dalam hal ini, Yesus berkata “Akulah pintu, dan barang siapa masuk melalui Aku ia akan selamat, dan Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai segala kelimpahan”.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Siapakah yang dimaksud dengan domba? Domba yang baik pasti mengenal gembala-Nya dan gembala yang baik, juga pasti mengenal domba-Nya. Yesus telah menyatakan diri-Nya bahwa Dia adalah gembala, maka kita umat manusia lah yang menjadi domba-domba Allah. Domba yang baik adalah domba yang mau mendengarkan suara gembala-Nya, yakni mendengarkan dan mengikuti perintah-Nya serta setia bersama-Nya, agar domba tersebut tidak hilang dan tersesat.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Dalam hidup kita pun dituntut untuk menjadi “gembala yang baik” di mana pun kita berada, baik di lingkungan kerja kita; di kantor, di sekolah, di pasar, di gereja, di rumah dan lain sebagainya. Yesus menginginkan agar seorang gembala atau pemimpin yang baik tentu mempunyai kepribadian yang sungguh rendah hati, penguasaan diri, pribadi yang menarik dan selalu mendengarkan dengan hati setiap suara yang menyapa dan datang kepada kita.
Dalam Yohanes 10:11 “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”. Di sini kita dituntut sebagai seorang pemimpin untuk memberikan waktu, tenaga, pikiran, hati dan diri kita seutuhnya pada pekerjaan yang kita cintai, kepada Gereja dan negara.
Sebagai pemimpin, kita juga dituntut sebagai “pintu yang baik” yang dapat memberi jalan keselamatan untuk keluar- masuk menuju padang rumput (Yohanes 10:9). Maka secara sederhana, seorang pemimpin adalah pribadi yang menyenangkan, yang melindungi, yang memotivasi dan yang selalu menghadirkan Tuhan di tengah-tengah Gereja, masyarakat dan negara. Sebagai pemimpin, kita dipercayakan oleh Tuhan untuk menjadi koneksi atau penghubung (pintu) bagi Gereja dan pemerintah untuk membangun dunia yang damai dan menyejukkan.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Yesus bersabda; “Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok” (Yohanes 10:1).
Sabda Yesus ini sungguh mengingatkan dan menyadarkan kita dengan tegas bahwa sebagai seorang pemimpin dan atau orang yang beriman, harus menjadi contoh dan teladan yang baik dan benar untuk menuntun, mengarahkan setiap manusia untuk hidup berdisiplin; bekerja tepat waktu, tanpa harus mengkorupsi waktu atau merampok waktu, memberikan hak dan kewajiban kepada rekan kerja sesuai porsinya masing-masing, tanpa harus mengkorupsi atau merampok hak dan kewajiban mereka, serta menuntun dan memberi contoh yang baik untuk mengikuti aturan yang ada, tanpa harus mecari jalan pintas untuk memperoleh kesenangan pribadi. Jika kita menemukan orang-orang seperti ini, akan berpotensi merusak kinerja dan merusak hubungan persaudaraan serta bermental untuk tidak berkembang dan melangkah maju (Yohanes 10:10).
Untuk itu, Yesus telah bangkit membawa terang keselamatan dan menerangi kegelapan hati kita yang masih terperangkap dalam situasi keberdosaan ini. Maka sebagai seorang pemimpin yang baik, yang telah dipilih dan diangkat oleh Allah dan pemerintah, tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi lebih dari itu, kita siap diutus menjadi “gembala yang baik” di tengah Gereja, masyarakat dan negara demi menerangi, menyelamatkan dan membawa domba-domba pada jalan keselamatan.
Jadi, saya, anda dan kita semua bertekad dan berseru “Ego Sum Pastor Bonus” (Aku adalah gembala yang baik) yang telah diutus ke tengah-tengah dunia untuk membawa setiap manusia pada jalan keselamatan. Domine Vobiscum.
Hendrikus Jomi (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat)