JEMBER – Usai pembukaan layanan Lapor Mas Wapres, seorang petani Jember, Jumantoro, berangkat ke Istana Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, pada Selasa (12/11/2024).
Tujuannya adalah menyampaikan aspirasi petani yang di alami oleh masyarakat Jember.
“Saya berangkat sendiri naik transportasi umum. Sampai Jakarta Rabu pagi,” ungkap Jumantoro, Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia (APPI), Sabtu (16/11/2024).
Kepergian Jumantoro bermaksud mendukung program swasembada pangan Presiden Prabowo Subianto.
Namun, niatnya terhambat rumitnya sistem layanan Lapor Mas Wapres.
“Aplikasinya ruwet, makanya saya langsung datang ke Jakarta,” katanya.
Setalah sampai jakarta, Jumantoro mengatakan gagal lapor lagi, akibat kuota harian terbatas untuk lapar wapres.
“Hari pertama datang, kuota sudah habis. Besoknya antri lagi, tetap tidak dapat,” jelasnya dengan nada kecewa.
Ia menceritakan bahwa antrian dibatasi hanya untuk 60-65 orang setiap hari.
“Yang antri dari jam lima pagi. Saya tidak kebagian,” tambah Jumantoro.
Meski gagal di Istana Wapres, Jumantoro melanjutkan usahanya ke Kantor DPP Partai Gerindra.
“Namun, di sana tidak ada orang. Waduh, ini bahaya bagi Indonesia,” keluhnya.
Tak menyerah, ia akhirnya menemui Pupuk Indonesia yang berjanji meneruskan aspirasinya ke pemerintah.
Ia juga bertemu dengan Komisi VI DPR RI untuk menyampaikan keluhan petani.
“Saya minta pupuk subsidi dikembalikan, distribusi harus baik, dan peran Bulog dipulihkan. Harga petani harus dijamin,” kata Jumantoro.
Selain itu, ia meminta pemerintah serius menangani pembangunan perumahan di lahan produktif.
“Kedaulatan pangan harus dipikirkan dari hulu ke hilir,” katanya.
Menurutnya, aduan melalui layanan Lapor Mas Wapres didominasi masalah hukum dan tanah.
“Masalah pertanian tidak ada, hanya saya yang membawa,” katanya lagi.
Jumantoro menekankan pentingnya mendengar suara petani untuk menyukseskan swasembada pangan.
Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih pada sektor pertanian demi mewujudkan ketahanan pangan nasional.