JEMBER – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi sorotan di Kabupaten Jember. Hingga pertengahan Januari 2025, ratusan pasien dilaporkan terpapar penyakit ini.
Kepala Dinas Kesehatan Jember, Hendro Soelistjiono, mengungkapkan bahwa satu pasien meninggal dunia akibat DBD. Pasien tersebut terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan.
“Pasien yang meninggal berasal dari Kecamatan Tanggul. Ia meninggal di RS Jatiroto, Lumajang, akibat terlambat mendapat pertolongan medis,” kata Hendro pada Jumat (17/1/2025).
Hendro menambahkan bahwa meskipun kasus DBD di Jember masih muncul, jumlahnya lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan.
Ia mengingatkan masyarakat untuk memperhatikan genangan air di sekitar lingkungan mereka. Genangan air menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Dinkes Jember memprediksi puncak kasus DBD akan terjadi pada Maret hingga April 2025. Upaya pencegahan sejak dini perlu ditingkatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
“Kami imbau warga rutin melakukan pembersihan sarang nyamuk seminggu sekali. Pencegahan ini lebih efektif daripada mengandalkan pengobatan,” lanjut Hendro.
Mengenai fogging, Hendro menjelaskan bahwa langkah ini akan dilakukan berdasarkan hasil analisis epidemiologi, terutama terkait angka bebas jentik.
“Fogging hanya dilakukan jika angka bebas jentik rendah. Jika angka bebas jentik mencapai 100 persen, fogging tidak akan efektif,” jelasnya.
Menurut Hendro, masyarakat juga perlu segera melaporkan kasus DBD di lingkungannya. Data ini membantu pemerintah menentukan tindakan yang tepat.
Ia juga menyoroti pentingnya kesadaran kolektif untuk mencegah peningkatan kasus DBD. Kerja sama antarwarga sangat dibutuhkan.
“Dengan kerja sama yang baik, kita bisa menekan angka kasus DBD dan melindungi masyarakat dari ancaman penyakit ini,” tutup Hendro.