JEMBER – Penumpukan sampah di berbagai titik di Jember semakin mengkhawatirkan. Situasi ini diperparah setelah 336 tenaga honorer yang bertugas mengangkut sampah dirumahkan oleh Pemkab Jember.
Anggota Komisi C DPRD Jember, Feni Purwaningsih, menilai keputusan tersebut tidak diikuti dengan solusi konkret. Akibatnya, layanan kebersihan kota terganggu, dan masalah sampah semakin parah.
Ia menegaskan bahwa keterbatasan ASN dalam menangani pengangkutan sampah menyebabkan keterlambatan layanan. Kondisi ini berdampak langsung pada lingkungan dan kenyamanan warga.
“Ini bukan hanya masalah estetika, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan masyarakat,” ujar Feni dalam wawancara dengan media, Jumaat (7/2/2025).
Menurutnya, permasalahan sampah di Jember sebenarnya sudah lama menjadi tantangan. Namun, keputusan mengurangi tenaga honorer justru memperburuk keadaan yang ada.
Feni yang juga dari fraksi partai PKS juga menyoroti kelalaian Pemkab Jember dalam pencatatan administrasi tenaga honorer ke database BKN. Padahal, pemerintah pusat sudah memberikan peringatan sejak tahun lalu.
“Terlambatnya pencatatan ini membuat banyak tenaga honorer kehilangan pekerjaan, sementara di sisi lain layanan kebersihan kota jadi tidak optimal,” tambahnya.
Penumpukan sampah kini terlihat di berbagai sudut kota. Warga mulai mengeluhkan bau tak sedap dan potensi penyebaran penyakit akibat limbah yang tidak terangkut.
Sejumlah kawasan seperti pasar, permukiman, dan pusat perbelanjaan menjadi titik utama akumulasi sampah. Jika tidak segera ditangani, situasi ini dapat menimbulkan dampak lebih besar.
Ia juga meminta Pemkab Jember segera mencari solusi terkait permasalahan sampah tersebut.
“Jika tidak ada langkah cepat, krisis sampah ini bisa memicu masalah sosial dan kesehatan yang lebih luas,” Pungkasnya.